Apa itu OCD?

Apa itu OCD? Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya

Ada berbagai jenis gangguan mental yang perlu Anda sadari. Salah satunya adalah Obsessive Compulsive Disorder atau OCD. Data dari Alomedika mengungkapkan bahwa OCD bisa terjadi pada usia 19 tahun, di mana laki-laki berisiko lebih awal mengalami OCD daripada perempuan. Menariknya, penderita OCD secara global lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria dengan perbandingan 2:1.

Salah satu gejala yang dialami penderita OCD adalah munculnya stres. Stres bisa menjadi kondisi yang memengaruhi performa Anda ketika bekerja. Ketahui informasi untuk mengatasi stres agar tidak mengganggu performa kerja di artikel Inilah 5 Cara Mengatasi Stres di Tempat Kerja.

Apa Itu OCD? 

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan pikiran atau sensasi yang muncul terus-menerus dan tidak diinginkan. Kondisi tersebut disebut sebagai obsesi. Untuk menghilangkan pikiran tersebut, pengidap OCD terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang kali. Dorongan tersebut dinamakan sebagai kompulsi.

Bentuk perilaku berulang atau kompulsi bisa berupa mencuci tangan, membersihkan peralatan atau perabotan rumah, mengecek sesuatu, dan sebagainya yang dilakukan berulang kali. OCD dapat mengganggu aktivitas sehari-hari serta interaksi dengan orang di sekitarnya.

Bagi pengidap OCD, pikiran yang muncul atau obsesi bisa mengganggu sehingga mereka harus melakukan perilaku kompulsif untuk meredakannya. Apabila tidak melakukan perilaku kompulsif, mereka tidak akan merasa nyaman, bahkan merasa takut secara berlebihan terhadap konsekuensinya.

Jenis-Jenis OCD 

Ada banyak jenis OCD. Namun, ada empat jenis OCD yang umum terjadi berdasarkan website WebMD, yaitu:

  • Memeriksa (checking), seperti berulang kali memeriksa kunci pintu, sistem alarm, oven, atau saklar lampu. Jenis ini ditandai juga dengan berpikir jika pengidap OCD memiliki kondisi medis seperti kehamilan atau skizofrenia.

  • Ketakutan terhadap hal-hal yang mudah kotor sehingga memiliki dorongan untuk membersihkannya. Masalah ini disebut juga dengan obsessive cleanliness disorder.

  • Menyusun atau menyortir benda berdasarkan urutan tertentu, bahkan secara spesifik. Artinya, pengidap OCD ini tidak akan selesai membuat susunan sampai semuanya terlihat sempurna.

  • Pikiran yang mengganggu atau terobsesi dengan suatu alur pikiran. Beberapa dari pikiran yang mengganggu bisa bersifat kekerasan.

Gejala OCD 

Selain melibatkan gangguan obsesi dan kompuls, ada juga pengidap OCD yang hanya menunjukkan salah satu dari gejala obsesi maupun gejala kompulsi. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing gejala obsesi dan kompulsi.

1. Gejala Obsesi

Beberapa gejala dan tanda-tanda obsesi meliputi:

  • Merasa takut terkontaminasi setelah menyentuh benda yang disentuh orang lain.

  • Ragu jika sudah mengunci pintu atau mematikan kompor.

  • Stres yang berlebihan saat benda-benda tersusun secara tidak teratur atau tidak menghadap ke arah tertentu.

  • Memiliki gambaran mengemudi mobil ke arah kerumunan orang.

  • Berpikir ingin meneriakkan umpatan atau bertindak tidak pantas di tempat umum.

  • Menghindari situasi yang bisa memicu obsesi, seperti berjabat tangan.

2. Gejala Kompulsi

Sedangkan beberapa tanda-tanda dan gejala kompulsi meliputi:

  • Mencuci tangan terus-menerus sampai kulit menjadi lecet.

  • Memeriksa pintu berkali-kali untuk memastikan sudah terkunci.

  • Memeriksa kompor berulang kali untuk memastikan jika sudah dimatikan.

  • Menghitung dalam pola tertentu.

  • Mengulang sebuah doa, kata, atau frasa.

  • Menyusun barang-barang agar menghadap ke arah yang sama.

Baca Juga: Inner Child: Apa Itu, Tanda, Penyebab, dan Cara Berdamai dengan Masa Lalu

Penyebab OCD 

Penyebab OCD sampai saat ini masih belum jelas. Kendati demikian, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab OCD, yaitu:

1. Faktor Genetik

Seseorang berpotensi mengembangkan OCD jika ada anggota keluarga yang mengalaminya. Selain itu, ada juga OCD yang terjadi karena zat serotonin di otak cukup rendah atau otaknya bekerja lebih keras daripada biasanya.

2. Faktor Lingkungan

OCD bisa terjadi karena mempelajari perilaku orang di sekitar. Proses ini terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu.

3. Faktor Psikologis

OCD bisa berhubungan dengan gangguan kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan dan depresi. Jika mengalami peristiwa traumatis atau stres, risiko mengidap OCD bisa meningkat. Reaksi terhadap stres atau pengalaman traumatis memicu pikiran dan tekanan emosional yang merupakan ciri khas OCD.

Pilihan Pengobatan dan Cara Mengelola OCD

OCD bisa ditangani dengan bantuan profesional. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi OCD adalah:

1. Terapi Perilaku Kognitif

Terapi untuk OCD biasanya merupakan jenis terapi perilaku kognitif alias Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dengan metode Exposure and Response Prevention (ERP). Selama sesi terapi, pengidap OCD dihadapkan pada gambaran atau situasi yang berkaitan dengan pikiran obsesinya. Mereka kemudian diarahkan untuk menghindari perilaku kompulsif yang biasa dilakukan untuk menghindari obsesi tersebut.

Dengan terapi ini, pengidap OCD belaajr bahwa obsesi mereka hanya sebatas pikiran. Mereka juga tidak perlu melakukan perilaku kompulsif untuk menghilangkan pikiran tersebut.

2. Terapi Obat

Obat yang bernama Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) diberikan pada pengidap OCD. Mereka harus mengonsumsinya dalam waktu 6-12 minggu sampai hasilnya terlihat. Tentu saja pengidap OCD perlu berkonsultasi terlebih dahulu karena ada beberapa efek samping yang timbul ketika mengonsumsinya.

3. Terapi Alternatif

Terapi alternatif dari OCD biasanya mencakup deep brain stimulation. Pengobatan ini dilakukan dengan menanamkan elektroda di otak supaya elektroda tersebut menghasilkan dorongan yang mengatur impuls yang tidak normal di otak. Selain itu, terapi alternatif OCD lainnya adalah Transcranial Magnetic Stimulation yang digunakan dengan merangsang sel saraf pada otak untuk memperbaiki gejala OCD.

Tips Mengelola OCD 

OCD juga perlu dikelola dalam kehidupan sehari-hari. Berikut tips yang bisa dilakukan untuk mengelola OCD:

1. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental

Mengelola OCD tidak hanya melibatkan menjaga kesehatan pikiran, tetapi juga merawat tubuh. Tidur yang cukup, istirahat yang teratur, dan mengelola stres adalah langkah yang bisa dilakukan. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam juga bisa membantu mengurangi kecemasan.

2. Menjaga Pola Makan yang Sehat

Makanan dapat memengaruhi suasana hati dan energi. Mengonsumsi makanan seimbang dengan nutrisi yang mencukupi dapat mendukung kesehatan mental. Hindari makanan yang mengandung stimulan seperti kafein dan nikotin yang dapat memperburuk gejala kecemasan.

3. Berolahraga secara Teratur

Aktivitas fisik yang teratur dapat mengatur tingkat stres dan meningkatkan suasana hati. Bahkan latihan ringan seperti berjalan kaki, yoga, atau bersepeda dapat memberikan manfaat positif bagi kesehatan mental. Jangan lupa untuk melakukan pemanasan sebelum berolahraga karena pemanasan membawa manfaat seperti yang dijelaskan di artikel ini: Jangan Terlewat, Ini 5 Manfaat Pemanasan Sebelum Olahraga.

4. Menjaga Hubungan Sosial yang Sehat

Hubungan sosial yang positif dapat memberikan dukungan emosional yang diperlukan oleh siapa pun, termasuk pengidap OCD. Berbicara dengan teman dekat atau keluarga tentang perasaan dan pengalaman bisa membantu mengurangi beban mental akibat OCD.

5. Menghindari Stres dan Kecemasan

Mengidentifikasi pemicu stres dan kecemasan dapat membantu mengelola OCD dengan efektif. Berlatih teknik pengelolaan stres seperti yoga, meditasi, atau terapi perilaku kognitif dapat membantu mengatasi rasa gelisah.

Cara Meningkatkan Kualitas Hidup 

Pengidap OCD juga perlu mengetahui bahwa mereka bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup, yaitu:

1. Menjaga Harapan Positif

Tetaplah optimis meskipun menghadapi OCD. Pengidap OCD harus fokus pada perbaikan daripada terjebak dalam dampak negatifnya. Isi pemikiran positif dan yakinkan diri bahwa peningkatan kualitas hidup bisa terjadi meski mengalami OCD. Berpikir positif banyak manfaatnya, dan Anda bisa mengetahui alasannya dengan membaca artikel Manfaat Berpikir Positif untuk Kesehatan Fisik dan Mental.

2. Menjaga Hubungan Sosial yang Sehat

Keterlibatan dalam hubungan sosial yang positif memberikan dukungan emosional dan membantu mengurangi isolasi yang bisa dialami oleh banyak penderita OCD. Bicara dengan teman atau keluarga tentang perjuangan yang dialami dapat membantu mengurangi beban secara emosional.

3. Mengembangkan Minat dan Hobi

Mengalihkan perhatian dari gejala OCD dengan mengembangkan minat atau hobi yang menyenangkan dapat mengurangi kecemasan dan stres. Kegiatan yang memberikan kesenangan dan membangkitkan minat dapat menjadi saluran yang baik untuk mengurangi intensitas obsesi dan kompulsi.

4. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental

Merawat tubuh dan pikiran sama pentingnya. Asupan nutrisi yang seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup, dan teknik manajemen stres adalah kunci dalam menjaga kesehatan fisik dan mental. Ini dapat membantu menyeimbangkan suasana hati dan energi, mengurangi tingkat kecemasan, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kesimpulan

OCD adalah kondisi mental yang melibatkan pola pikiran yang tidak terkendali (obsesi) dan perilaku berulang (kompulsi) yang mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Gejala OCD meliputi obsesi yang berulang, seperti ketakutan terkontaminasi, keraguan, atau pikiran agresif, serta kompulsi seperti mencuci tangan berulang kali, memeriksa, atau menghitung secara berulang. Kondisi ini dapat mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari.

Kecemasan dan stres merupakan dua masalah kesehatan mental yang dapat diperiksa dengan menggunakan fitur Mental Wellness Checker di aplikasi PRUServices dari Prudential. Di fitur ini, Anda akan menjawab sejumlah pertanyaan terkait diri sendiri untuk meningkatkan kesadaran terhadap kondisi kesehatan mental pribadi.