apa itu ADHD?

Apa itu ADHD? Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Karena itu, Anda juga ada baiknya perlu mengetahui beberapa jenis gangguan mental, salah satunya adalah penyakit ADHD. Jurnal yang diunggah di Indonesian Journal of Health Science Volume 2 Nomor 2 Tahun 2022 mengungkapkan bahwa prevalensi anak dengan ADHD adalah 8,3 juta dari 82 juta anak di Indonesia pada tahun 2007.

Melihat data di atas, kita tidak bisa memungkiri bahwa masalah gangguan mental ini banyak menimpa anak-anak. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengelola ADHD pada anak-anak adalah mengajak mereka berolahraga bersama. Pilihan aktivitas olahraganya dapat dibaca di artikel: Rekomendasi Jenis Olahraga Anak untuk Dicoba.

Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun tidak luput dari ADHD. Maka dari itu, kita perlu membekali diri dengan pengetahuan mengenai penyakit ADHD. Mari berkenalan dengan penyakit ADHD di artikel ini.

Apa Itu ADHD? 

Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau penyakit ADHD merupakan salah satu gangguan mental yang banyak memengaruhi anak-anak. Gejala ADHD mencakup tidak bisa mempertahankan fokus atau konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif.

ADHD dianggap sebagai gangguan mental kronis karena memengaruhi kualitas hidup penderitanya, baik anak-anak maupun orang dewasa, dalam banyak aspek kehidupan, termasuk kehidupan akademis dan profesional, hubungan dengan orang lain, dan aktivitas sehari-hari. ADHD dapat menyebabkan rendahnya harga diri dan fungsi sosial yang buruk pada anak-anak jika tidak ditangani dengan tepat.

Orang dewasa dengan ADHD mengalami harga diri yang rendah, sensitif atau tidak bisa menerima kritik, dan sering mengkritik diri sendiri.

Berdasarkan informasi dari American Psychiatric Association, ADHD pertama kali diidentifikasi pada anak usia sekolah, tepatnya ketika mereka menyebabkan gangguan di kelas atau mengalami masalah dengan pekerjaan sekolah. Penyakit ADHD lebih umum didiagnosis pada anak laki-laki daripada perempuan mengingat perbedaan dalam bagaimana gejala ADHD muncul. Namun, pernyataan tersebut tidak berarti anak laki-laki lebih mungkin memiliki ADHD. Hanya saja, anak laki-laki cenderung menunjukkan gejala hiperaktivitas, sedangkan anak perempuan cenderung tidak menunjukkannya.

Baca Juga: 10 Cara Efektif Mengatasi Masalah Mental Health Anda

Jenis-jenis ADHD 

Ada tiga jenis penyakit ADHD, yaitu ADHD inatentif, hiperaktif-impulsif, dan gabungan antara keduanya. Profesional kesehatan menggunakan gejala yang ditunjukkan dari ketiga jenis ADHD tersebut untuk mendiagnosis tipe penyakit ADHD yang diderita oleh anak. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis ADHD.

1. ADHD Inatentif

ADHD inatentif sebelumnya dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (ADD). Anak dengan jenis ADHD inatentif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (fokus) serta memiliki lebih sedikit gejala hiperaktivitas-impulsivitas.

2. ADHD Hiperaktif-Impulsif

Anak dengan jenis ADHD ini menunjukkan masalah hiperaktivitas dan impulsivitas serta menunjukkan masalah kurangnya perhatian. Hiperaktivitas berarti anak merasa gelisah, tidak bisa diam, memiliki banyak energi, dan terlalu banyak berbicara. Impulsivitas berarti anak sering menginterupsi orang lain dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

3. Gabungan ADHD Inatentif dan Hiperaktif-Impulsif

Anak dengan jenis ADHD ini menunjukkan setidaknya gejala dari kedua jenis ADHD di atas secara seimbang. Jenis ini umum diasosiasikan dengan ADHD. Sekitar 70% kasus termasuk dalam jenis ADHD gabungan, berdasarkan informasi dari Cleveland Clinic.

Penyebab ADHD 

Lantas, apa yang menjadi penyebab ADHD? Ada tiga faktor yang memengaruhinya, yaitu:

1. Faktor Genetik

ADHD cenderung terjadi dalam keluarga. Gen yang diwariskan dari orang tua menjadi faktor yang bisa mengembangkan penyakit ADHD. Namun, cara pewarisan gen yang memiliki ADHD cukup kompleks dan tidak bisa dikaitkan dengan kesalahan gen secara tunggal.

2. Faktor Neurobiologis

ADHD juga bisa terjadi karena faktor neurobiologis atau berkaitan dengan struktur dan fungsi otak. Penderita ADHD memiliki ketidakseimbangan dalam tingkat neurotransmiter di otak. Sedangkan penelitian lain yang melibatkan pemindaian otak menemukan bahwa beberapa bagian otak penderita ADHD lebih kecil, sedangkan bagian lainnya lebih besar. Studi ini dibahas dalam website WebMD.

Baca Juga: Tinggal di Perkotaan, Ketahui Dulu Dampak Pencemaran Udara yang Bisa Ganggu Kesehatan

Gejala ADHD 

Gejala ADHD yang ditunjukkan pada anak-anak tentu sedikit berbeda daripada orang dewasa. Berikut adalah gejala ADHD pada setiap tahapan usia.

1. Gejala pada Anak-Anak

Gejala ADHD pada anak-anak biasanya terlihat sebelum usia 6 tahun. Gejalanya terjadi dalam lebih dari 1 situasi, seperti di rumah dan di sekolah. Gejala ini dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan jenis ADHD yang diderita, yaitu inatentif dan hiperaktif-impulsif.

a. Inatentif (kesulitan berkonsentrasi dan fokus)

Tanda utama dari inatentif adalah:

  • memiliki jangka perhatian yang pendek dan mudah teralihkan

  • melakukan kesalahan ceroboh - misalnya, dalam pekerjaan sekolah

  • terlihat lupa atau kehilangan barang

  • tidak dapat menyelesaikan tugas yang membosankan atau memakan waktu

  • terlihat tidak bisa mendengarkan atau melaksanakan instruksi

  • sering mengubah aktivitas atau tugas

  • kesulitan dalam mengorganisir tugas

b. Hiperaktivitas dan impulsivitas

Tanda utama dari hiperaktivitas dan impulsivitas adalah:

  • Tidak bisa diam, terutama dalam situasi yang tenang atau hening

  • Sering bergerak-gerak

  • Tidak bisa berkonsentrasi pada tugas

  • Gerakan fisik berlebihan

  • Berbicara secara berlebihan

  • Tidak bisa menunggu giliran

  • Bertindak tanpa berpikir

  • Menginterupsi percakapan

  • Sedikit atau tidak ada rasa bahaya

2. Gejala pada Remaja

Gejala ADHD pada remaja mirip seperti gejala ADHD pada anak-anak. gejalanya termasuk:

  • Perhatian mudah teralih.

  • Kurang terorganisir.

  • Konsentrasi yang buruk.

3. Gejala pada Orang Dewasa

Gejala ADHD pada orang dewasa kerap berubah seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Gejalanya termasuk:

  • Sering terlambat dan mudah lupa.

  • Mengalami kecemasan

  • Rendahnya harga diri

  • Memiliki masalah di tempat kerja

  • Kesulitan mengendalikan kemarahan

  • Impulsivitas

  • Kecanduan atau penyalahgunaan obat-obat terlarang.

  • Prokrastinasi atau sering menunda pekerjaan.

  • Mudah frustrasi

  • Sering merasa bosan

  • Kesulitan berkonsentrasi saat membaca

  • Perubahan mood

  • Depresi

  • Masalah dalam hubungan sosial

Cara Mengatasi ADHD 

Mengatasi ADHD membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Berbagai terapi dapat membantu dalam mengatasi gejala ADHD, baik menjalani satu jenis terapi maupun kombinasi dari beberapa terapi.

1. Terapi Perilaku

Terapi perilaku menjadi pendekatan utama dalam mengelola ADHD. Beberapa bentuk terapi yang efektif meliputi:

  • Terapi Perilaku Kognitif: Membantu individu untuk mengubah pola pikir dan tindakan yang mengganggu.

  • Terapi Perilaku Sosial: Fokus pada keterampilan sosial dan interaksi antarindividu.

  • Terapi Perilaku Keluarga: Melibatkan keluarga dalam memahami dan mendukung individu dengan ADHD.

2. Terapi Obat

Terapi obat juga menjadi pilihan umum untuk mengurangi gejala ADHD. Dua kategori utama terapi obat meliputi:

  • Stimulan: Membantu meningkatkan fokus dan mengurangi hiperaktivitas.

  • Non-stimulan: Memberikan alternatif bagi mereka yang tidak merespons baik terhadap stimulan.

3. Terapi Gabungan

Pendekatan yang menggabungkan terapi perilaku dengan terapi obat telah terbukti efektif. Beberapa kombinasi yang sering digunakan antara lain:

  • Terapi Perilaku dan Obat: Menggabungkan manfaat terapi perilaku dengan efek pengaturan dari obat-obatan.

  • Terapi Obat dan Terapi Alternatif: Mengintegrasikan manfaat obat dengan pendekatan alternatif seperti terapi gizi atau olahraga.

4. Terapi Alternatif

Selain terapi konvensional, terapi alternatif juga menjadi opsi bagi beberapa individu yang mencari pendekatan yang berbeda. Beberapa di antaranya termasuk:

  • Terapi Gizi: Memperhatikan pola makan dan nutrisi sebagai bagian dari manajemen ADHD.

  • Terapi Olahraga: Membantu mengurangi hiperaktivitas dan meningkatkan fokus melalui kegiatan fisik teratur.

  • Terapi Musik: Memanfaatkan musik sebagai alat untuk menenangkan pikiran dan meningkatkan konsentrasi.

  • Terapi Meditasi: Mendorong ketenangan dan pemusatan pikiran untuk membantu mengelola gejala ADHD.

Baca Juga: 4 Cara yang Bisa Menjadi Obat Depresi

Tips untuk Mengelola ADHD 

Pengelolaan ADHD sering kali membutuhkan strategi yang teratur dan disiplin untuk membantu meminimalkan gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Beberapa tips yang dapat membantu dalam mengelola ADHD meliputi:

1. Membuat Jadwal Rutin

Memiliki jadwal tetap untuk bangun tidur, makan, bekerja, dan beristirahat membantu memberikan kerangka waktu yang terorganisasi. Rutinitas ini membantu dalam menjaga konsistensi dan membiasakan diri dengan pola yang teratur.

2. Menghindari Gangguan

Mengatur lingkungan kerja atau belajar yang bebas dari gangguan dapat membantu meningkatkan fokus. Hal ini bisa meliputi memilih tempat studi yang tenang, membatasi gangguan dari perangkat elektronik, atau mengatur waktu tertentu untuk fokus tanpa interupsi.

3. Membuat Daftar Tugas

Membuat daftar tugas atau jadwal prioritas dapat membantu dalam mengatur pekerjaan dan menghindari kebingungan. Memiliki daftar yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan membantu dalam memprioritaskan tugas dan mengurangi kecemasan yang mungkin muncul karena melupakan sesuatu.

4. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental

Keseimbangan hidup yang sehat antara olahraga, makanan bergizi, dan istirahat yang cukup memiliki dampak positif pada kesehatan mental. Olahraga teratur dapat membantu dalam mengurangi tingkat stres dan meningkatkan konsentrasi. Sementara itu, memperhatikan pola makan yang seimbang juga penting dalam menjaga energi dan fokus sepanjang hari.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan mental yang memengaruhi anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Gejalanya terbagi menjadi dua kategori, yaitu inatensi serta hiperaktivitas dan impulsivitas, tetapi bisa juga merupakan gabungan dari dua kategori tersebut. Gejala ADHD bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, pekerjaan, bahkan hubungan dengan orang lain.