Tenang Menghadapi Risiko Resesi 2023 dengan Menyiapkan Dana Darurat dan Mulai Berasuransi
Bank Dunia telah mengumumkan tentang adanya risiko resesi pada tahun 2023, yang dipicu naiknya suku bunga secara bersamaan oleh bank-bank sentral seluruh dunia. Hal tersebut merupakan respons terhadap inflasi global yang cukup tinggi. Secara sederhana resesi dapat diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, dimana daya beli masyarakat menurun karena faktor inflasi yang tinggi yang mengakibatkan profit atau pendapatan perusahaan menurun. Kondisi itu memicu terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sehingga jumlah pengangguran meningkat tinggi.
Potensi risiko resesi tidak hanya dapat berdampak pada bisnis dan ekonomi makro, namun juga berdampak pada kehidupan masyarakat luas. Dampak yang akan terasa di masyarakat adalah tingginya harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari, PHK akan terjadi yang mengakibatkan angka pengangguran meningkat. Itulah mengapa kita diimbau untuk sedini mungkin membentuk atau meningkatkan kembali pos dana darurat.
Seperti namanya, dana darurat merupakan simpanan uang yang disiapkan untuk kondisi darurat, alias dapat menjadi pendanaan alternatif jika sewaktu-waktu individu kehilangan sumber pendapatannya. Besaran nominal dana darurat untuk setiap individu berbeda satu sama lain, yang terjadi karena adanya perbedaan profesi, jumlah penghasilan, kebutuhan harian, dan gaya hidup.
Tidak ada perhitungan pasti untuk angka dan persentasenya, namun mengutip anjuran Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DKJN) Kemenkeu RI, idealnya minimal dana darurat adalah 6-12 kali lipat pengeluaran rata-rata per bulan dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing individu, yang dapat dicermati pada rincian berikut:
-
Belum menikah : 6x lipat pengeluaran rata-rata per bulan
-
Sudah menikah : 9x lipat pengeluaran rata-rata per bulan
-
Sudah menikah & punya anak : 12x lipat pengeluaran rata-rata per bulan
Apa alasan di balik rincian di atas? Masih mengutip dari sumber yang sama, ambil contoh seseorang kehilangan pekerjaan dan memiliki dana darurat sebesar tiga kali lipat pengeluaran rata-rata per bulan, artinya ia hanya memiliki persediaan dana untuk mencukupi kebutuhan harian selama tiga bulan. Kondisi ini berisiko apabila dalam waktu empat bulan ia belum mendapat sumber penghasilan baru.
Namun, perlu dipahami juga bahwa terkadang dana darurat tidak bisa sepenuhnya membiayai penanganan suatu risiko, apalagi jika skalanya besar hingga mengancam ketahanan finansial pribadi dan keluarga. Di sinilah peran asuransi jiwa dan asuransi kesehatan diperlukan untuk membentuk perlindungan diri atas ancaman keterpurukan finansial yang tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Asuransi jiwa dan kesehatan dapat dipilih untuk melengkapi fungsi perlindungan, baik perlindungan untuk diri sendiri dan keluarga. Jika dana darurat adalah simpanan uang untuk pembiayaan cepat saat kondisi darurat, maka asuransi dapat meng-cover kebutuhan pembiayaan atas berbagai risiko yang dapat terjadi atas jiwa maupun kesehatan sebagaimana disepakati dalam sebuah polis.
Memang benar, tidak ada satu orang pun yang ingin jatuh sakit atau mengidap suatu penyakit. Akan tetapi, tanpa sadar kita sering kali menjalani pola hidup yang tidak sehat, seperti sering mengkonsumsi makanan cepat saji, stres, tidur tidak teratur, dan jarang berolahraga. Kebiasan-kebiasaan buruk tersebut dapat membuat daya tahan tubuh melemah sehingga berisiko memicu berbagai penyakit, baik ringan maupun kronis, termasuk terkena COVID-19 yang menyebabkan situasi pandemi sejak lebih dari dua tahun terakhir. Di sinilah asuransi berperan penting dalam menjaga ketahanan finansial ketika suatu risiko terjadi di masa kini dan nanti.
Asuransi beri ketenangan di tengah situasi tidak menentu
Asuransi dapat membantu memberikan perlindungan dari berbagai risiko yang mungkin terjadi di tengah kondisi ekonomi tidak menentu saat ini, serta ancaman resesi yang mengintai di tahun 2023. Baik itu kondisi sakit kronis dengan biaya pengobatan yang besar, atau hal terburuk kehilangan nyawa dari tulang punggung yang dapat memutus mata pencaharian keluarga, asuransi kesehatan dan asuransi jiwa dapat meminimalisir kekhawatiran atas ketahanan finansial individu maupun keluarga terhadap risiko tersebut.
Adapun terkait kondisi sosial ekonomi yang masih tidak menentu saat ini, memiliki asuransi jiwa atau asuransi kesehatan akan memberikan serangkaian manfaat, di antaranya:
-
Memberikan perlindungan untuk diri dan keluarga
Tidak ada yang bisa menjamin sehat selalu diraih dan tidak ada yang tahu kapan penyakit atau risiko kehilangan nyawa bisa terjadi. Asuransi kesehatan bisa meringankan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan dan perawatan. Sedangkan asuransi jiwa membantu mengurangi beban finansial yang ditanggung oleh keluarga atau ahli waris saat ditinggalkan oleh kepala keluarga / pencari nafkah.
-
Terhindar dari masalah ekonomi karena penyakit
Ini merupakan wujud nyata dari ketahanan finansial atas kepemilikan polis asuransi. Saat mengidap penyakit kronis atau mengalami kecelakaan misalnya, asuransi kesehatan dapat menutupi sebagian atau bahkan keseluruhan biaya pengobatan dan perawatannya hingga sembuh. Begitupun dengan asuransi jiwa, yang mendukung ketahanan finansial sebuah keluarga dalam kurun waktu tertentu pasca tertanggung meninggal dunia.
-
Mengurangi stres pemicu penyakit
Belum berakhirnya pandemi COVID-19 memicu ketidakpastian dan rasa khawatir di benak banyak orang atas risiko penyakit, atau kondisi krusial lainnya, yang tidak pernah tahu kapan akan terjadi. Tanpa ada tindak lanjut atau aksi preventif, kondisi tidak pasti ini bisa memicu stres yang pada akhirnya berisiko melemahkan daya tahan tubuh, sehingga mudah terkena penyakit dan kehilangan fokus.
-
Mendisiplinkan diri secara finansial
Dengan memiliki polis asuransi jiwa atau asuransi kesehatan, seseorang belajar untuk lebih disiplin dalam mengelola keuangan, yakni rutin menyisihkan sebagian pendapatan bulanan untuk membayar premi asuransi. Manfaatnya pun bersifat jangka panjang, memberikan perlindungan optimal atas risiko yang terjadi di masa kini dan masa depan.
Nah, lantas bagaimana cara yang tepat untuk mulai berasuransi? Sederhananya adalah dengan mulai menganalisa kebutuhan dan kondisi keuangan kita. Setelah itu, pilih perusahaan asuransi yang terpercaya dengan ketahanan finansial yang baik, serta berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Republik Indonesia.
Prudential Indonesia telah dipercaya dalam melindungi hingga 2,5 juta nasabah di seluruh penjuru negeri selama lebih dari 27 tahun. Asuransi jiwa dan asuransi kesehatan yang ditawarkan oleh Prudential Indonesia memiliki fleksibilitas tinggi, yang mana nilai premi dan manfaat proteksinya dapat menyesuaikan dengan profil risiko, kebutuhan, dan kemampuan kita.